MAKALAH SEJARAH
TENTANG
“INDONESIA PADA MASA ORDE BARU”
Guru Pembimbing : Drs. Moh. Ashar, S.Pd
Di Susun Oleh:
PUTRI KARTIKA K.
XII – MIA 6
25
UPTD SMA NEGERI 1 GONDANG TULUNGAGUNG
TAHUN AJARAN 2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “INDONESIA PADA MASA ORDE BARU” yang Alhamdulillah selesai tepat pada
waktunya.
Makalah ini
berisikan tentang sejarah bangsa Indonesia, khususnya sejarah Indonesia pada
Masa Orde Baru, diharapkan makalah ini dapat menambahkan pengetahuan kita
semua, bagaiman kehidupan masyarakat dan system pemerintahan pada masa itu.
Saya
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari guru dan teman-teman yang bersifat membangun, selalu saya
harapkan demi lebih baiknya makalah ini.
Akhir kata,
semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala usaha kita. Aminn
Tulungagung,
Desember 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR…………………………………………..…………………………………….
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN………………………………..…………………………………….......
A. Latar Belakang…………………………………………………………………………..
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………
C. Tujuan………………………………..……………………………………………………..
D. Manfaat……………………………………………………………………………………..
BAB II ISI PEMBAHASAN……………………………………………………………………….
A. Sejarah Lahirnya Orde Baru…………………………………………………………
B. Kehidupan Politik Masa Orde Baru……………………………………………….
C. Kehidupan Ekonomi Masa Orde Baru……………………………………………
D. Kehidupan Sosial Masa Orde Baru………………………………………………..
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………………….
A.Kesimpulan………………………………………………………………………………….
B. Saran………………………………………………………………………………………….
Daftar
Pustaka………………………………………………………………………………………….
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Orde Baru adalah sebutan bagi masa
pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia. Orde Baru menggantikan Orde Lama
yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno.Salah satu penyebab yang
melatarbelakangi runtuhnya orde lama dan lahirnya orde baru adalah keadaan
keamanan dalam negeri yang tidak kondusif pada masa Orde Lama. Terlebih lagi
karena adanya peristiwa pemberontakan G30S/PKI. Hal ini menyebabkan presiden
Soekarno memberikan mandat kepada Soeharto untuk melaksanakan kegiatan
pengamanan di Indonesia melalui surat perintah sebelas maret atau Supersemar.
Orde Baru hadir dengan semangat "koreksi total" atas penyimpangan
yang dilakukan oleh Soekarno pada masa Orde Lama. Orde Baru berlangsung dari
tahun 1966 hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut,ekonomi Indonesia
berkembang pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan dengan praktik korupsi
yang merajalela di negara ini. Selain itu, kesenjangan antara rakyat yang kaya
dan miskin juga semakin melebar.
Kekuasan Soekarno beralih ke Soeharto
ditandai dengan keluarnya Surat Perintah SebelasMaret (SUPERSEMAR) 1966.
Setelah dikeluarkan Supersemar maka mulailah dilakukan penataan pada
kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.
Penataan dilakukan di dalam lingkungan lembaga tertinggi negara dan
pemerintahan. Dikeluarkannya Supersemar berdampak semakin besarnya kepercayaan
rakya kepada pemerintah karena Soeharto berhasil memulihkan keamanan dan
membubarkan PKI. Pada tanggal 23 Februari 1967, MPRS menyelenggarakan sidang
istimewa untuk mengukuhkan pengunduran diri Presiden Soekarno dan
mengangkat Soeharto sebagai pejabat Presiden RI. Dengan Tap MPRS No.
XXXIII/1967 MPRS mencabut kekuasaan pemerintahan negara dan menarik kembali
mandat MPRS dari Presiden Sukarno. 12 Maret 1967 Jendral Soeharto dilantik
sebagai Pejabat Presiden Republik Indonesia. Peristiwa ini menandai berakhirnya
kekuasaan Orde Lama dan dimulainya kekuasaan Orde Baru.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian yang saya buat, maka
rumusan masalah adalah seperti berikut :
1. Bagaimana
sejarah lahirnya Orde Baru ?
2. Bagaimana
kehidupan politik masa Orde Baru?
3. Bagaimana kehidupan ekonomi masa
Orde Baru?
4. Bagaimana
kehidupan sosial pada masa Orde Baru?
1.3 Tujuan
Berdasarkan uraian yang saya buat, maka
tujuannya adalah seperti berikut :
1. Untuk
mengetahui sejarah
lahirnya Orde Baru
2. Untuk
mengetahui bagaimana kondisi politik masa Orde Baru
3. Untuk
mengetahui bagaimana
kehidupan ekonomi masa Orde Baru
4. Untuk
mengetahui bagaimana kehidupan sosial pada masa Orde Baru
1.4 Manfaat
Berdasarkan uraian yang saya buat, maka
manfaatnya adalah seperti berikut :
1. Memahami
sejarah
lahirnya Orde Baru
2. Memahami kehidupan politik masa Orde Baru
3. Memahami
kehidupan ekonomi masa Orde Baru
4. Memahami
kehidupan sosial masa Orde Baru
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Lahirnya Orde
Baru
2.1.1 Latar Belakang
Lahirnya Orde Baru
Orde baru lahir karena dilatarbelakangi
oleh beberapa hal, antara lain :
1. Terjadinya
peristiwa Gerakan 30 September 1965.
2. Keadaan
politik dan keamanan negara menjadi kacau karena peristiwa Gerakan 30 September
1965 ditambah adanya konflik di angkatan darat yang sudah berlangsunglama..
3. Keadaan perekonomian
semakin memburuk dimana inflasi mencapai 600% sedangkanupaya pemerintah
melakukan devaluasi rupiah dan kenaikan harga bahan bakar menyebabkan timbulnya
keresahan masyarakat.
4. Reaksi
keras dan meluas dari masyarakat yang mengutuk peristiwa pembunuhan besar-
besaran yang dilakukan oleh PKI. Rakyat melakukan demonstrasi menuntut agar PKI
berserta Organisasi Masanya dibubarkan serta tokoh-tokohnya diadili.
5. Kesatuan aksi
(KAMI,KAPI,KAPPI,KASI,dsb) yang ada di masyarakat bergabungmembentuk Kesatuan
Aksi berupa ³Front Pancasila´ yang selanjutnya lebih dikenaldengan ³Angkatan
66´ untuk menghacurkan tokoh yang terlibat dalam Gerakan 30September 19656.
6. Kesatuan
Aksi ³Front Pancasila´ pada 10 Januari 1966 di depan gedung DPR-GR mengajukan
tuntutan’’TRITURA(Tri Tuntutan Rakyat).
7. Upaya reshuffle kabinet
Dwikora pada 21 Februari 1966 dan Pembentukan KabinetSeratus Menteri tidak juga
memuaskan rakyat sebab rakyat menganggap di kabinettersebut duduk tokoh-tokoh
yang terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965.
8. Wibawa dan kekuasaan
presiden Sukarno semakin menurun setelah upaya untuk mengadili tokoh-tokoh yang
terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965 tidak berhasil
dilakukan meskipun telah dibentuk Mahkamah Militer Luar Biasa(Mahmilub)
9. Sidang Paripurna kabinet
dalam rangka mencari solusi dari masalah yang sedang bergejolak tak juga
berhasil. Maka Presiden mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret 1966
(SUPERSEMAR) yang ditujukan bagi Letjen Suharto guna mengambil langkah
yang dianggap perlu untuk mengatasi keadaan negara yang semakin
kacau dan sulit dikendalikan.
2.1.2 Upaya menuju pemerintahan Orde Baru :
Setelah dikelurkan
Supersemar maka mulailah dilakukan penataan pada kehidupan berbangsa
dan bernegara sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Penataan dilakukan didalam
lingkungan lembaga tertinggi negara dan pemerintahan. Dikeluarkannya
Supersemar berdampak semakin besarnya kepercayaan rakyat kepada
pemerintah karena Suharto berhasil memulihkan keamanan dan membubarkan PKI.
Munculnya konflik dualisme kepemimpinan nasional di Indonesia. Hal ini
disebabkan karena saat itu Soekarno masih berkuasa sebagai presiden sementara
Soeharto menjadi pelaksana pemerintahan. Konflik Dualisme inilah yang membawa
Suharto mencapai puncak kekuasaannya karena akhirnya Sukarno mengundurkan diri
dan menyerahkan kekuasaan pemerintahan kepada Suharto.Pada tanggal 23 Februari
1967, MPRS menyelenggarakan sidang istimewa untuk mengukuhkan pengunduran diri
Presiden Sukarno dan mengangkat Suharto sebagai pejabat Presiden RI.
Dengan Tap MPRS No. XXXIII/1967 MPRS
mencabut kekuasaan pemerintahan negara dan menarik kembali mandat MPRS dari
Presiden Sukarno. Tanggal 12Maret 1967 Jendral Suharto dilantik sebagai
Pejabat Presiden Republik Indonesia. Peristiwa ini
menandai berakhirnya kekuasaan Orde Lama dan dimulainya kekuasaan Orde Baru.
PadaSidang Umum bulan Maret 1968 MPRS mengangkat Jendral Suharto sebagai
Presiden Republik Indonesia.
Tujuan
perjuangan Orde Baru adalah menegakkan tata kehidupan bernegara yang didasarkan
atas kemurnian pelaksanaan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Sejalan
dengan tujuan tersebut maka ketika kondisi politik bangsa Indonesia mulai
stabil untuk melaksanankan amanat masyarakat maka pemerintah mencanangkan
pembangunan nasional yang diupakan melalui program pembangunan jangka pendek
dan pembangunan jangka panjang.
Pemerintahan
Orde Baru senantiasa berpedoman pada tiga konsep pembangunan nasional yang
terkenal dengan sebutan Trilogi Pembangunan, yaitu : (1) pemerataan pembangunan
dan hasil-hasilnya yang menuju pada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh
rakyat; (2) pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi; dan (3) stabilitas nasional
yang sehat dan dinamis.
2.1.3 Proses Menguatnya Peran Negara Pada
Masa Orde Baru
Berkuasanya Orde Baru ternyata menimbulkan
banyak perubahan yang dicapai bangsa Indonesia melalui tahapan pembangunan di
segala bidang. Pemerintahan Orde Baru berusaha meningkatkan peran negara dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga langkah-langkah yang diambil adalah
mencapai stabilitas ekonomi dan politik.
Merujuk hasil Sidang Umum IV MPRS yang
mengambil suatu keputusan untuk menugaskan Jenderal Soeharto selaku pengembang
Surat Perintah Sebelas Maret yang sudah ditingkatkan menjadi ketetapan MPRS No.
IX/MPRS/1966 untuk membentuk kabinet baru. Kabinet baru diberi nama Kabinet
Ampera yang merupakan singkatan dari Kabinet Amanat Penderitaan Rakyat
selanjutnya diberi tugas untuk menciptakan stabilitas politik dan ekonomi
sebagai persyaratan dalam melaksanakan pembangunan nasional. Tugas ini yang
dikelak terkenal dengan sebutan ”Dwi Darma Kabinet Ampera”. Sedangkan program
kerja terkenal dengan sebutan Catur Karya Kabinet Ampera, yaitu: (1)
memperbaiki kehidupan rakyat terutama dibidang sandang dan pangan; (2)
melaksanakan pemilihan umum dalam batas waktu seperti yang tercantum dalam
ketetapan MPRS No. XI/MPRS/1966 yaitu pada 5 Juli 1968;(3) Melaksanakan politik
luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan nasional, sesuai dengan Tap No.
XI/MPRS/1966; (4) melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme
dalam segala bentuk dan manifestasinya.
Pada 21 Maret 1968 Jenderal Soeharto selaku
Pejabat Presiden menyampaikan laporan kepada Sidang Umum V MPRS Tahun 1968
tentang pelaksanaan Dwi Darma dan Catur Karya Kabinet Ampera, yang dilaporkan
pertama kali bahwa telah dilaksanakan usaha mendudukkan kembali posisi, fungsi,
dan hubungan antar lembaga negara tertinggi sesuai dengan yang diatur dalam UUD
1945.
2.2 Kehidupan Politik Masa Orde Baru
2.2.1 Politik dalam
negeri era order baru.
A. Pembentukan Kabinet
Pembangunan Kabinet
Awal pada masa peralihan kekuasaan (28 Juli
1966) adalah Kabinet AMPERA dengan tugas yang dikenal dengan nama Dwi Darma
Kabinet Amper yaitu untuk menciptakan stabilitas politik dan ekonomi sebagai
persyaratan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Program Kabinet AMPERA
yang disebut Catur Karya Kabinet AMPERA adalah sebagai berikut.
1) Memperbaiki kehidupan
rakyat terutama di bidang sandang dan
pangan
pangan
2) Melaksanakan pemilihan
Umum dalam batas waktu yakni 5 Juli
1968.
1968.
3) Melaksanakan
politik luar negeri yang bebas aktif untuk
kepentingan nasional.
kepentingan nasional.
4) Melanjutkan
perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam
segala bentuk dan manifestasinya.
segala bentuk dan manifestasinya.
B. Penyederhanaan dan Pengelompokan Partai Politik
Setelah pemilu 1971 maka dilakukan
penyederhanakan jumlah partai tetapi bukan berarti menghapuskan partai tertentu
sehingga dilakukan penggabungan (fusi) sejumlah partai. Sehingga pelaksanaannya
kepartaian tidak lagi didasarkan pada ideologi tetapi atas persamaan program.
Penggabungan tersebut menghasilkan tiga kekuatan sosial-politik, yaitu:
1) Partai
Persatuan Pembangunan (PPP) merupakan fusi dari NU,
Parmusi, PSII, danPartai Islam Perti yang dilakukan pada tanggal
5 Januari 1973 (kelompok partai politik Islam).
Parmusi, PSII, danPartai Islam Perti yang dilakukan pada tanggal
5 Januari 1973 (kelompok partai politik Islam).
2) Partai
Demokrasi Indonesia (PDI), merupakan fusi dari PNI,
Partai Katolik, Partai Murba, IPKI, dan Parkindo (kelompok
partai politik yang bersifat nasionalis).
Partai Katolik, Partai Murba, IPKI, dan Parkindo (kelompok
partai politik yang bersifat nasionalis).
3) Golongan
karya (golkar)
C. Pemilihan Umum Selama masa
Orde Baru
Pemilihan umum pada masa orde baru diadakan
setiap lima tahun sekali dan telah dilaksanakan sebanyak enamkali. Tujuan
pemilu tersebut untuk memilih anggota MPR, DPR, DPRD 1 dan 11. Keanggotaan MPR,
yaitu seluruh anggota DPR, utusan daerah dan golongan. Setiap lima tahun sekali
MPR mengadakan sidang umum. MPR berwenang memilih dan mengangkat
presiden dan wakil presiden. Presiden dan kabinetnya berkewajiban menjalankan
tugasnya sesuai dengan UUD 1945 melaksanakan GBHN, mempertanggungjawabkan
tugasnya tersebut pada akhir masa jabatannya. DPR bertugas mengawasi jalannya
pemerintahan/tugas presiden. Mekanisme tugas dan kerja lembaga negara lain
menyesuikan UUD 1945 dan UU yang mengaturnya.
Pada masa orde baru kehidupan politiknya diatur
dalam UU berikut
ini.
ini.
1. UU
No.1 Tahun 1985 tentang pemilihan umum.
2. UU
No.2 Tahun 1985 tentang susunan dan kedudukan MPR dan
DPR.
DPR.
3. UU
No.3 Tahun 1985 tentang partai politik dan golongan karya.
4. UU
No.4 Tahun 1985 tentang preferendum.
5. UU
No.5 Tahun 1985 tentang organisasi kemasyarakatan
(Ormas).
(Ormas).
Sistem politik yang adalah otoriter dan
tidak demokratis, dimana kekuasaan eksekutif terpusat dan tertutup dibawah
kontrol lembaga kepresidenan, dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan
ekonomi banyak terjadi KKN. Pemerintahan orde baru pimpinan soekarto
berlangsung selama 32 tahun namun kehidupan politik pada waktu itu dinilai
gagal. Sistem politik yang berlaku adalah oteriter dan tidak demokratis dimana
kekuasaan eksekutif terpesat dan tertutup dibawah kontro lembaga kepresidenan
dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan ekonomi banyak terjadi KKN.
Selanjutnya pemerintahan orde baru juga dinilai gagal karena telah menciptakan
pemerintahan yang sentralistik yaitu mekanisme hubungan pusat dan daeraah
cenderung menganut sentralisasi kekuasaan sehingga menyebabkan kesenjangandan
ketidakadilan antara pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah
Pemilihan Umum Selama masa Orde
Baru telah berhasil melaksanakan pemilihan umum sebanyak enam kali yang
diselenggarakan setiap lima tahun sekali, yaitu: tahun 1971, 1977,1982, 1987,
1992, dan1997.
1. Pemilu
1971
a. Pejabat
negara harus bersikap netral berbeda dengan
pemilu 1955 dimana para pejabat negara termasuk
perdana menteri yang berasal dari partai peserta
pemilu dapat ikut menjadi calon partai secara formal.
pemilu 1955 dimana para pejabat negara termasuk
perdana menteri yang berasal dari partai peserta
pemilu dapat ikut menjadi calon partai secara formal.
b. Organisasai
politik yang dapat ikut pemilu adalah parpol
yang pada saat pemilu sudah ada dan diakui mempunyai
wakil di DPR/DPRD.
yang pada saat pemilu sudah ada dan diakui mempunyai
wakil di DPR/DPRD.
c. Pemilu
1971 diikuti oleh 58.558.776pemilih untuk
memilih 460 orang anggota DPR dimana 360 orang
anggota dipilih dan 100 orang diangkat.
memilih 460 orang anggota DPR dimana 360 orang
anggota dipilih dan 100 orang diangkat.
d. Diikuti
oleh 10 organisasi peserta pemilu yaitu Partai
Golongan Karya (236 kursi), Partai Nahdlatul Ulama
(58 kursi), Partai Muslimin Indonesia (24 kusi), Partai
Nasional Indonesia (20 kursi), Partai Kristen Indonesia
(7 kursi), Partai Katolik (3 kursi), Partai Islam Perti
(2 kursi), Partai Murba dan Partai IPKI (tak satu
kursipun).
Golongan Karya (236 kursi), Partai Nahdlatul Ulama
(58 kursi), Partai Muslimin Indonesia (24 kusi), Partai
Nasional Indonesia (20 kursi), Partai Kristen Indonesia
(7 kursi), Partai Katolik (3 kursi), Partai Islam Perti
(2 kursi), Partai Murba dan Partai IPKI (tak satu
kursipun).
2. Pemilu 1977
Sebelum dilaksanakan Pemilu 1977 pemerintah
bersama DPR mengeluarkan UU No.3 tahun 1975 yang mengatur mengenai
penyederhanaan jumlah partai sehingga ditetapkan bahwa terdapat 2 partai
politik (PPP dan PDI) serta Golkar. Hasil dari Pemilu 1977 yang diikuti oleh 3
kontestan menghasilkan 232 kursi untuk Golkar, 99 kursi untuk PPP dan 29 kursi
untuk PDI.
3. Pemilu 1982
Pelaksanaan Pemilu ketiga pada tanggal 4
Mei 1982. Hasilnya perolehan suara Golkar secara nasional meningkat. Golkar
gagal memperoleh kemenangan di Aceh tetapi di Jakarta dan Kalimantan Selatan
Golkar berhasil merebut kemenangan dari PPP. Golkar berhasil memperoleh
tambahan 10 kursi sementara PPP dan PDI kehilangan 5 kursi.
4. Pemilu 1987
Pemilu tahun 1987 dilaksanakan pada tanggal
23 April 1987. Hasil dari Pemilu 1987 adalah:
a. PPP
memperoleh 61 kursi mengalami pengurangan 33
kursi dibanding dengan pemilu 1982 hal ini dikarenakan
adanya larangan penggunaan asas Islam (pemerintah
mewajibkan hanya ada satu asas tunggal yaitu
Pancasila) dan diubahnya lambang partai dari kabah
menjadi bintang.
kursi dibanding dengan pemilu 1982 hal ini dikarenakan
adanya larangan penggunaan asas Islam (pemerintah
mewajibkan hanya ada satu asas tunggal yaitu
Pancasila) dan diubahnya lambang partai dari kabah
menjadi bintang.
b. Sementara
Golkar memperoleh tambahan 53 kursi
sehingga menjadi 299 kursi.
sehingga menjadi 299 kursi.
c. PDI
memperoleh kenaikan 40 kursi karena PDI berhasil
membentuk DPP PDI sebagai hasil kongres tahun 1986
oleh Menteri Dalam Negeri Soepardjo Rustam.
membentuk DPP PDI sebagai hasil kongres tahun 1986
oleh Menteri Dalam Negeri Soepardjo Rustam.
5. Pemilu 1992
Pemilu tahun 1992 diselenggarakan pada
tanggal 9 Juni 1992 menunjukkan perubahan yang cukup mengagetkan. Hasilnya
perolehan Golkar menurun dari 299 kursi menjadi 282 kursi, sedangkan PPP
memperoleh 62 kursi dan PDI meningkat menjadi 56 kursi.
6. Pemilu 1997
Pemilu ke enam dilaksanakan pada 29 Mei
1997. Hasilnya:
1. Golkar
memperoleh suara mayoritas perolehan suara
mencapai 74,51 % dengan perolehan kursi 325 kursi.
mencapai 74,51 % dengan perolehan kursi 325 kursi.
2. PPP
mengalami peningkatan perolehan suara sebesar
5,43 % dengan perolehan kursi 27 kursi.
5,43 % dengan perolehan kursi 27 kursi.
3. PDI mengalami kemerosotan perolehan
suara karena hanya
mendapat 11 kursi di DPR. Hal ini disebabkan karena
adanya konflik internal dan terpecah antara PDI Soerjadi
dan PDI Megawati Soekarno Putri.
mendapat 11 kursi di DPR. Hal ini disebabkan karena
adanya konflik internal dan terpecah antara PDI Soerjadi
dan PDI Megawati Soekarno Putri.
Penyelenggaraan Pemilu yang teratur selama
Orde Baru menimbulkan kesan bahwa demokrasi di Indonesia sudah
tercipta. Apalagi pemilu itu berlangsung secara tertib dan dijiwai oleh asas
LUBER(Langsung, Umum, Bebas, dan Rahasia).
Kenyataannya pemilu diarahkan pada
kemenangan peserta tertentu yaitu Golongan Karya (Golkar) yang selalu mencolok
sejak pemilu 1971-1997. Kemenangan Golkar yang selalu mendominasi tersebut
sangat menguntungkan pemerintah dimana terjadi perimbangan suara di MPR dan
DPR. Perimbangan tersebut memungkinkan Soeharto menjadi Presiden Republik
Indonesia selama enam periode pemilihan. Selain itu, setiap Pertangungjawaban,
Rancangan Undang-undang, dan usulan lainnya dari pemerintah selalu mendapat
persetujuan dari MPR dan DPR tanpa catatan.
1) D. Mengadakan Penentuan
Pendapat Rakyat (Perpera) di Irian Barat pada
pada tanggal 2 Agustus 1969.
Kebijakan lain yang di ambil pemerintah
Orde baru adalah menetapkan peran ganda ABRI yang di
kenal dengan Dwifungsi ABRI.ABRI tidak hanya berperan
dalam bidang pertahanan dan keamanan Negara tetapi juga berperan di bidang
politik.Hal terbukti dari banyaknya anggota ABRI yang ternyata memegang jabatan
sipil seperti walikota,bupati dan gubenur bahkan ABRI memiliki jatah di
keanggotaan MPR/DPR.Alasan yang mendasari kebijakan tersebut tertuang
dalam pasal 27 ayat (1)UUD 1945. Pasal tersebut mengemukakan bahnwa
“segala warga Negara bersama kedudukankannya di dalam hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.Bukan hanya pada bidang
politik pemerintahan,ternyata kedudkan ABRI dalam masyarakat
Indonesia juga merambat di sector ekonomi.Banyak anggota ABRI menjadi kepala
skepala BUMN maupun komisaris di berbagai perusahaan swasta .
2.2.2
Upaya-Upaya Pembaruan Politik Luar Negeri
Di samping membina stabilitas politik dalam
negeri, pemerintah Orde Baru juga mengadakan perubahan-perubahan dalam politik
luar negeri. Berikut ini upaya-upaya pembaruan dalam politik luar negeri.
1. Indonesia Kembali Menjadi Anggota PBB
Pada tanggal 28 September 1966 Indonesia
kembali menjadi anggota PBB. Sebelumnya pada masa Demokrasi Terpimpin Indonesia
pernah keluar dari PBB sebab Malaysia diterima menjadi anggota tidak tetap
Dewan Keamanan PBB. Keaktifan Indonesia dalam PBB ditunjukkan ketika Menteri
Luar Negeri Adam Malik terpilih menjadi ketua Majelis Sidang Umum PBB untuk
masa sidang tahun 1974.
2. Membekukan hubungan diplomatik dengan
Republik Rakyat Cina
(RRC)
(RRC)
Sikap politik Indonesia yang membekukan
hubungan diplomatik dengan RRC disebabkan pada masa G 30 S/PKI, RRC membantu
PKI dalam melaksanakan kudeta tersebut. RRC dianggap terlalu mencampuri urusan
dalam negeri Indonesia.
3. Normalisasi hubungan dengan Malaysia
Pada tanggal 11 Agustus 1966, Indonesia
melaksanakan persetujuan normalisasi hubungan dengan Malaysia yang pernah putus
sejak tanggal 17 September 1963. Persetujuan normalisasi ini merupakan hasil
Persetujuan Bangkok tanggal 29 Mei sampai tanggal 1 Juni 1966. Dalam pertemuan
tersebut, delegasi Indonesia dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Adam Malik,
sementara Malaysia dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri/Menteri Luar Negeri Tun
Abdul Razak. Pertemuan tersebut menghasilkan keputusan yang disebut Persetujuan
Bangkok (Bangkok Agreement), isinya sebagai berikut.
a. Rakyat
Sabah dan Serawak diberi kesempatan untuk
menegaskan kembali keputusan yang telah mereka
ambil mengenai kedudukan mereka dalam Federasi
Malaysia.
menegaskan kembali keputusan yang telah mereka
ambil mengenai kedudukan mereka dalam Federasi
Malaysia.
b. Pemerintah
kedua belah pihak menyetujui pemulihan
hubungan diplomatik.
hubungan diplomatik.
c. Tindakan permusuhan antara
kedua belah pihak akan
dihentikan.
dihentikan.
4. Berperan dalam Pembentukan ASEAN
Peran aktif Indonesia juga ditunjukkan dengan
menjadi salah satu negara pelopor berdirinya ASEAN. Menteri Luar Negeri
Indonesia Adam Malik bersama menteri luar negeri/perdana menteri Malaysia,
Filipina, Singapura, dan Thailand menandatangi kesepakatan yang disebut
Deklarasi Bangkok pada tanggal 8 Agustus 1967. Deklarasi tersebut menjadi awal
berdirinya organisasi ASEAN.
2.2.3 Dampak Positif dan
Negatif Kebijakan Politik Pemerintahan Orde Baru
A. Dampak Positif Dari Kebijakan Politik
Pemerintahan Orba
Pemerintah mampu membangun pondasi yang
kuat bagi kekuasaan lembaga kepresidenan yang membuat semakin kuatnya peran
Negara dalam masyarakat. Situasi keamanan pada masa ORBA relatif aman dan
terjaga dengan baik karena pemerintah mampu mengatasi semua tindakan dan sikap
yang dianggap bertentangan dengan Pancasila. Dilakukan peleburan partai
dimaksudkan agar pemerintah dapat mengontrol parpol.
B. Dampak Negatif dari Kebijakan Politik
Pemerimtah ORBA :
Terbentuk pemerintahan orde baru yang
bersifat otoriter, dominatif, dan sentralis.
a. Otoritarianisme
merambah segenap aspek kehidupan
masyarakat, berbangsa dan bernegara termasuk
kehidupan politik yang sangat merugikan rakyat.
masyarakat, berbangsa dan bernegara termasuk
kehidupan politik yang sangat merugikan rakyat.
b. Pemerintah
Orde Baru gagal memberikan pelajaran
berdemokrasi yang baik dan benar kepada rakyat
Indonesia. Golkar menjadi alat politik untuk
mencapai stabilitas yang diinginkan, sementara 2
partai lainnya hanya sebagai boneka agar tercipta
citra sebagai Negara demokrasi.
berdemokrasi yang baik dan benar kepada rakyat
Indonesia. Golkar menjadi alat politik untuk
mencapai stabilitas yang diinginkan, sementara 2
partai lainnya hanya sebagai boneka agar tercipta
citra sebagai Negara demokrasi.
c. Sistem
perwakilan bersifat semu bahkan hanya dijadikan
topeng untuk melanggengkan sebuah kekuasaan secara
sepihak. Dalam setiap pemilihan presiden melalui MPR
Suharto selalu terpilih.
topeng untuk melanggengkan sebuah kekuasaan secara
sepihak. Dalam setiap pemilihan presiden melalui MPR
Suharto selalu terpilih.
d. Demokratisasi
yang terbentuk didasarkan pada KKN
(Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) sehingga banyak
wakil rakyat yang duduk di MPR/DPR yang tidak
mengenal rakyat dan daerah yang diwakilinya.
(Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) sehingga banyak
wakil rakyat yang duduk di MPR/DPR yang tidak
mengenal rakyat dan daerah yang diwakilinya.
e. Kebijakn
politik teramat birokratis, tidak demokratis,
dan cenderung KKN.
dan cenderung KKN.
f. Dwifungsi
ABRI terlalu mengakar masuk ke sendi-sendi
kehidupan bebangsa dan benegara bahkan pada bidang-
bidang yang seharusnya masyarakat yang berperan
besar terisi oleh personel TNI dan Polri. Dunia
bisnis tidak luput dari intervensi TNI/Polri.
kehidupan bebangsa dan benegara bahkan pada bidang-
bidang yang seharusnya masyarakat yang berperan
besar terisi oleh personel TNI dan Polri. Dunia
bisnis tidak luput dari intervensi TNI/Polri.
g. Kondisi
politik lebih payah dengan adnya upaya
penegakan hukum yang sangat lemah. Dimana
hukum hanya diciptakan untuk keuntungan
pemerimtah yang berkuasa sehingga tidak mampu
mengadili para konglomerat yang telah menghabisi
uang rakyat.
penegakan hukum yang sangat lemah. Dimana
hukum hanya diciptakan untuk keuntungan
pemerimtah yang berkuasa sehingga tidak mampu
mengadili para konglomerat yang telah menghabisi
uang rakyat.
2.3 Kehidupan Ekonomi Masa Orde Baru
Pada
masa Demokrasi Terpimpin, Negara bersama aparat ekonominya mendominasi seluruh
kegiatan ekonomi sehingga mematikan potensi dan kreasi unit-unit ekonomi
swasta. Sehingga, pada permulaan Orde Baru program pemerintah berorientasi pada
usaha penyelamtan ekonomi nasioanl terutama pada usaha mengendalikan tingkat
inflasi, penyelamatan keuangan Negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat .
Tindakan pemerintah ini dilakukan karena adanya kenaikan harga pada awal tahun
1966 yang menunjukkan tingkat inflasi kurang lebih 650 % setahun. Hal itu
menjadi penyebab kurang lancarnya program pembangunan yang telah direncanakan
pemerintah.Oleh karena itu pemerintah menempuh cara sebagai berikut :
2.3.1 Stabilisasi dan
Rehabilitasi Ekonomi
Ekonomi
yang kacau sebagai peninggalan masa Demokrasi terpimpin, pemerintah menempuh cara:
a. Mengeluarkan
Ketetapan MPRS No.XXIII/MPRS/1966 tentang
pembangunan.
b. MPRS
mengeluarkan garis program pembangunan, yakni
program penylematan, program stabilitas dan rehabilitasi, serta
program pembangunan.
program penylematan, program stabilitas dan rehabilitasi, serta
program pembangunan.
Program
pemerintah diarahkan pada upaya penyelamatan ekonomi nasional terutama
stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi. Stabilisasi berarti mengendaliakan
inflasi agar harga barang-barang tidak melonjak terus. Sedangkan Rehabilitasi
adalah perbaikan secara fisik sarana dan prasarana ekonomi. Hakikat dari
kebijakan ini adalah pembinaan sistem ekonomi berencana yang menjamin
berlangsungnya demokrasi ekonomi kearah terwujudnya masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila.Langkah-langakah yang diambil Kabinet pada saat itu yang
mengacu pada Tap MPRS tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mendobrak
kemacetan ekonomi dan memperbaiki sektor-sektor
yang menyebabkan kemacetan, seperti :
yang menyebabkan kemacetan, seperti :
a. rendahnya penerimaan Negara
b. tinggi dan tidak efisiennya pengeluaran
Negara
c. terlalu banyak dan tidak produktifnya
ekspansi kredit bank
d. terlalu banyak tunggakan hutang luar
negri
e. penggunaan devisa bagi impor yang sering
kurang berorientasi
pada kebutuhan prasarana.
pada kebutuhan prasarana.
2. Debirokrtisasi
untuk memperlancar kegiatan perekonomian
3. Berorientasi pada kepentingan produsen
kecil
Untuk melaksanakan
langkah-langkahpenyelamatan tersebut maka
ditempuh cara:
a. mengadakan operasi pajak
b.
cara pemungutan pajak baru bagi pendapatan perorangan
dan kekayaan dengan menghitung pajak sendiri dan
menghitung pajak orang
dan kekayaan dengan menghitung pajak sendiri dan
menghitung pajak orang
c. penghematan pengeluaran pemerintah
(pengeluaran konsumtif dan rutin), serta
menghapuskan subsidi bagi perusahaan
Negara
(pengeluaran konsumtif dan rutin), serta
menghapuskan subsidi bagi perusahaan
Negara
d. membatasi kredit bank dan menghapuskan
kredit impor
Program stabilisasi dilakukan dengan cara
membendung laju inflasi.Hasilnya bertolak belakang dengan perbaikan inflasi
sebab harga bahan kebutuhan pokok melonjak namun inflasi berhasil dibendung
(pada tahun 1967- awal 1968). Sesudah kabinet pembangunan dibentuk pada bulan
juli 1968 berdasarkan Tap MPRS NO.XLI/MPRS/1968, kebijakn ekonomi pemerintah
dialihkan pada pengendalian yang ketat terhadap gerak harga barang khususnya
sandang, pangan, dan kurs valas. Sejak saat itu kestabilan ekonomi nasional
relatif tercapai sebab sejak 1966 kenaikan harga bahan-bahan pokok dan valas
dapat diatasi.
Program rehabilitasi dilakukan dengan
berusaha memulihkan kemampuan berproduksi. Selam 10 tahun mengalami kelumpuhan
dan kerusakan pada prasarana ekonomi dan sosial. Lembaga perkreditan desa,
gerakan koperasi, perbankan disalahgunakan dan dijadikan alat kekuasaan oleh
golongan dan kepentingan tertentu. Dampaknya lembaga tidak dapat melaksanakan
fungsinya sebagai penyusun dan perbaikan tata hidup masyarakat.
1. Kerja Sama Luar Negri
Keadaan ekonomi Indonesia paska Orde Lama
sangat parah,hutangnya mencapai 2,3-2,7 miliar sehingga pemerintah Indonesia
meminta Negara-negara kreditor untuk dapat menunda pembayaran kembali utang
Indonesia. Pemerintah mengikuti perundingan dengan Negara-negara kreditor di
Tokyo Jepang pada 19-20 September 1966 yang menanggapi baik usaha pemerintah
Indonesia bahwa devisa ekspornya akan digunakan untuk pembayaran utang yang
selanjutnya akan dipakai untuk mengimpor bahan-bahan baku. Perundingan
dilanjutkan di Paris, Perancis dan dicapai kesepakatan sebagai berikut:
a. Utang-utang
Indonesia yang seharusnya dibayar tahun
1968 ditunda pembayarannya hingga tahun 1972-1979
1968 ditunda pembayarannya hingga tahun 1972-1979
b. Utang-utang
Indonesia yang seharusnya dibayar tahun1969 dab 1970 dipertimbangkan untuk
ditunda juga pembayarannya.
Kemudian kerundingan dilanjutkan di
Amsterdam, Belanda pada tanggal 23-24 Februari 1967. Perundingan itu bertujuan
membicarakan kebutuhan Indonesia akan bantuan luar negri serta kemungkinan
pemberian bantuan dengan syarat lunak yang selanjutnya dikenal dengan IGGI
(Inter Governmental Group for Indonesia). Melalui pertemuan itu pemerintah
Indonesia berhasil mengusahakn bantuan luar negri. Indonesia mendapatkan
penangguhan dan keinginan syarat-syarat pembayaran utangnya.
1. Pembangunan Nasional
Dilakukan pembangunan nasional pada masa
orde baru dengan tujuan terciptanya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Arah dan kebijaksanaan ekonominya adalah pembangunan
pada segala bidang. Pedoman pembangunan nasional adalah Trilogi Pembangunan dan
Delapan Jalur Pemerataan. Inti dari kedua pedoman tersebut adalah kesejahteraan
bagi semua lapisan masyarakat dalam suasana politik dan ekonomi yang stabil.
Isi trilogi Pembangunan adalah sebagai berikut :
a.Pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya menuju
kepada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
kepada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
b. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
c. Stabilitas nasional yang sehat dan
dinamis
Sedangkan
pelaksanannya pembanguanan nasional dilakukan secara bertahap yaitu:
a. Jangka panjang mencakup
periode 25 sampai 30
tahun.
tahun.
b. Jangka pendek mencakup
periode 5 tahun(pelita /
pembangunan lima tahun), merupakan jabaran
lebih rinci dari pembangunan jangka panjang
sehingga tiap pelita akan selalu saling berkaitan/
berkesinambunagn. Selama periode Orde
lebih rinci dari pembangunan jangka panjang
sehingga tiap pelita akan selalu saling berkaitan/
berkesinambunagn. Selama periode Orde
Baru terdapat 6 pelita, yaitu :
1) Pelita
I
Dilaksanakan pada 1 April 1969 hingga 31
Maret 1974 yang menjadi landasan awal pembanguna ORBA. Tujuan Pelita I : untuk
meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan
dalam tahap berikutnya. Sasaran Pelita I : pangan, sandang, perbaikan
prasarana,perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani.
Titik Berat Pelita I : pembanguan bidang
pertanian sesuai dengan tujuan untuk mengejar keterbelakangan ekonomi melalui
proses pembaharuan bidang pertanian, karena mayoritas penduduk Indonesia masih
hidup dari hasil pertanian.
Muncul peristiwa marali (malapetaka
limabelas januari) terjadi pada tanggal 15-16 Januari 1974 bertepatan dengan
kedatangan PM Jepang Tanaka ke Indonesia. Peristiwa ini merupakan kelanjutan
demonstrasi para mahasiswa yang menuntut Jepang agar tidak melakukan dominasi
ekonomi di Indonesia sebab produk barang Jepang terlalu banyak beredar di
Indonesia. Terjadilah pengrusakan dan pembakaran barang-barang buatan Jepang.
2) Pelita
II
Pelita II dilaksanakan pada tanggal 1 April
1974 hingga 31 Maret 1979.
Sasaran Utamanya adalah tersedianya pangan,
sandang, perumahan, sarana dan prasarana, mensejahterakan rakyat dan memperluas
kesempatan kerja. Pelaksanaan Pelita II cukup berhasil, pertimbuhan ekonomi
rata-rata mencapai 7 % per tahun. Pada awal pemerintahan Orde Baru laju inflasi
mencapai 60 % dan pada akhir Pelita I laju inflasi turun menjadi 47 %.
Selanjutnya pada tahun keempat Pelita II, inflasi menjadi 9,5 %.
3) Pelita
III
Pelita III dilaksanakan pada tanggal 1
April 1979 hingga 31 Maret 1984. Pelita III pembangunan masih berdasarkan pada
Trilogi Pembangunan dengan penekanan lebih menonjol pada segi pemerataan yang
dikenal dengan Delapan Jalur Pemerataan, yaitu:
a.Pemerataan
pemenuhan kebutuhan pokok rakyat,
khususnya sandang, pangan, dan perumahan
khususnya sandang, pangan, dan perumahan
b.Pemerataan
kesempatan memperoleh
pendidikan dan pelayanan kesehatan.
pendidikan dan pelayanan kesehatan.
c.Pemerataan pembagian pendapatan
d.Pemerataan kesempatan kerja
e.Pemerataan kesempatan berusaha
f.Pemerataan kesempatan berpartisipasi
dalam pembangunan khususnya bagi
generasi muda dan kaum perempuan.
dalam pembangunan khususnya bagi
generasi muda dan kaum perempuan.
g.Pemerataan penyebaran pembangunan
di seluruh wilayah tanah air.
di seluruh wilayah tanah air.
h. Pemerataan kesempatan memperoleh
keadilan
keadilan
4) Pelita
IV
Pelita IV dilaksanakan pada tanggal 1 April
1984 hingga 31 Maret 1989. titik beratnya adalah sektor pertanian menuju
swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin
industri sendiri. Terjadi resesi pada awal tahun 1980 yang berpengaruh terhadap
perekonomian Indonesia. Pemerintah akhirnya mengeluarkan kebijakan moneter dan
fiskal sehingga kelangsungan pembangunan ekonomi dapat dipertahankan.
5) Pelita
V
Pelita V dilaksanakan pada tanggal 1 April
1989 hingga 31 Maret 1994. Titik beratnya pada sektor pertnian dan industri.
Indonesia memiliki kondisi ekonomi yang cukup baik dengan pertumbuhan rata-rata
6,8% per tahun. Posisi perdagangan luar negri memperlihatkan gambaran yang
menggembirakan. Peningkatan ekspor lebih baik dibanding sebelumnya.
6) Pelita
VI
Pelita VI dilaksankan pada tanggal 1 April
1994 hingga 31 Maret 1999. Titik beratnya pada pembangunan pada sektor ekonomi
yang berkaitan dengan industri dan pertanian serta pembanguan dan peningkatan
kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya. Pada periode ini terjadi
krisis moneter yang melanda Negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Karena krisis moneter dan peristiwa plitik dalam negri yang mengganggu
perekonomian menyebabkan rezim Orde Baru runtuh.
2.3.2 Dampak Positif dan
Negatif Kebijakan Ekonomi Orde Baru
A. Dampak Positif Kebijakan Ekonomi Orde
Baru
a.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi karena setiap program
pembangunan pemerintah terencana dengan
baik dan
hasilnya pun dapat dilihat secara konkrit.
hasilnya pun dapat dilihat secara konkrit.
b.
Indonesia mengubah ststus dari Negara pengimpor beras
terbesar menjadi bangsa yang memenuhi kebutuhan beras sendiri
terbesar menjadi bangsa yang memenuhi kebutuhan beras sendiri
(swasembada beras).
c. Penurunan
angka kemiskinan yang diikuti dengan perbaikan
kesejahteraan rakyat.
d. Penurunan angka kematian bayi dan angka
partisipasi
pendidikan dasar yang semakin meningkat.
pendidikan dasar yang semakin meningkat.
B. Dampak Negatif Kebijakan Ekonomi Orde
Baru
a. Kerusakan serta pencemaran lingkungan
hidup dan summer
daya alam.
daya alam.
b. Perbedaan ekonomi antar daerah, antar
golongan pekerjaan,
antar kelompok dalam masyarakat tersa semakin tajam.
antar kelompok dalam masyarakat tersa semakin tajam.
c. Terciptalah kelompok yang terpinggirkan
(marginalisasi
sosial)
sosial)
d.
Menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang erat dengan
KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme).
KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme).
e.
Pembangunan yang dilakukan hasilnya hanya dapat
dinikmati oleh sebagian kecil kalangan masyarakat,
pembangunan cenderung terpusat dan tidak merata.
dinikmati oleh sebagian kecil kalangan masyarakat,
pembangunan cenderung terpusat dan tidak merata.
f. Pembangunan hanya mengutamakan
pertumbuhan ekonomi
tanpa diimbangi kehidupan politik, ekonomi, dam sosial yang
demokratis dan berkeadilan.
tanpa diimbangi kehidupan politik, ekonomi, dam sosial yang
demokratis dan berkeadilan.
g. Meskipun pertumbuhan ekonomi meningkat
tapi secara fundamental
pembangunan ekonomi
sangat rapuh.
h. Pembangunan
tidak merata, tampak dengan adanya
kemiskinan disejumlah wilayah yang justru menjadi
penyumbang devisa terbesar seperti Riau, Kalimantan
Timur, dan Irian. Faktor inilah yang selanjutnya ikut
menjadi penyebab terpuruknya perekonomian nasional
Indonesia menkelang akhir tahun 1997.
kemiskinan disejumlah wilayah yang justru menjadi
penyumbang devisa terbesar seperti Riau, Kalimantan
Timur, dan Irian. Faktor inilah yang selanjutnya ikut
menjadi penyebab terpuruknya perekonomian nasional
Indonesia menkelang akhir tahun 1997.
2.4 Kehidupan Sosial Masa Orde Baru
Masalah sosial bangsa semakin rumit dengan
berlanjutnya urbanisasi. Pada tahun
1971, sebanyak 17,3% dari penduduk Indonesia tinggal dikota bandingkan dengan
14,8% Pada tahun 1962 dan 3,8% pada tahun 1930/. Pada tahun 1971,penduduk
Jakarta sudah melampaui 4,5 juta jiwa. Jawa tetap tecatat sebagai pulau dengan
jumlah populasi tersebar di Indonesia (60,4% pada ahun 1971). Orde Baru,
seperti juga Belanda, gagal memindahkan penduduk dipulau Jawa keluar pulau
dalam proporsi yang signifikan. Kebijakan memindahkan penduduk dari tempat yang
padat ke tempat yang jarang ini kini disebut dengan “transmigrasi”.
Masa Orde Baru diakui telah banyak mencapai
kemajuan dalam proses untuk mewujudkan cita-cita nasional. Dalam kehidupan
sosial budaya, masyarakat dapat digambarkan dari berbagai sisi. Selama
dasawarsa 1970-an laju pertumbuhan penduduk mencapai 2,3% setiap
tahun. Dalam tahun tahun awal 1990-an angka tadi dapat diturunkan menjadi sekitar
1,6% setiap tahun. Jika awal tahun 1970-an penduduk Indonesia mempunyai harapan
hidup rata-rata sekitar 50 tahun maka pada tahun 1990-an harapan hidup lebih
dari 61 tahun. Dalam kurun waktu yang sama angka kematian bayi menurun dari 142
untuk setiap 1000 kelahiran hidup menjadi 63 untuk setiap 1000 kelahiran hidup.
Hal ini antara lain dimungkinkan makin meningkatnya pelayanan kesehatan bagi
masyarakat. Sebagai contoh adanya Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan
Pos Pelayanan Terpadu sampai di tingkat desa atau RT.
Dalam himpunan Tap MPR Tahun 1993 di bidang
pendidikan, fasilitas pendidikan dasar sudah makin merata. Pada tahun 1968
fasilitas sekolah dasar yang ada hanya dapat menampung sekitar 41% dari seluruh
anak yang berumur sekolah dasar. Fasilitas sekolah dasar yang telah dibangun di
pelosok tanah air praktis mampu menampung anak Indonesia yang berusia sekolah
dasar. Kondisi ini merupakan landasan kuat menuju pelaksanan wajib belajar 9
tahun di tahun-tahun yang akan datang. Sementara itu, jumlah rakyat yang masih
buta huruf telah menurun dari 39% dalam tahun 1971 menjadi sekitar 17% di
tahuan1990-an.
Dampak dari pemerataan pendidikan juga
terlihat dari meningkatnya tingkat pendidikan angkatan kerja. Dalam tahun 1971
hampir 43% dari seluruh angkatan kerja tidak atau belum pernah sekolah. Pada
tahun 1990-an jumlah yang tidak atau belum pernah sekolah menurun menjadi
sekitar 17%. Dalam kurun waktu yang sama angkatan kerja yang berpendidikan SMA
ke atas adalah meningkat dari 2,8% dari seluruh angkatan kerja menjadi hampir
15%. Peningkatan mutu angkatan kerja akan mempunyai dampak yang luas bagi laju
pembangunan di waktu-waktu yang akan datang.
BAB
3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Lahirnya orde
baru dilatarbelakangi oleh terjadinya G30S 1965, diikuti dengan
kondisi politik, keamanan dan ekonomi yang kacau (inflasi tinggi). Wibawa
presiden Sukarno semakin menurun setelah gagal mengadili tokoh-tokoh yang
terlibat G30S. Presiden mengeluarkan SUPERSEMAR 1966 bagi Letjen Suharto guna
mengambil langkah yang dianggap perlu untuk memperbaiki keadaan negara.
Akhirnya Presiden Sukarnomengundurkan diri dan digantikan oleh Presiden
Suharto.
Perkembangan politik pada masa orde baru
diawali dari penataan politik dalam negeri yaitu setelah sidang MPRS 1968
menetapkan Suharto sebagai presiden dan dibentuklah Kabinet Pembangunan,
penyederhanaan dan pengelompokan partai politik, pemilihan umum serta
mengadakan Perpera di Irian Barat pada 2 Agustus 1969. Kedua, melakukan
penataan politik luar negeri yaitu dengan kembali menjadi anggota PBB serta
normalisasi hubungan dengan beberapa negara.
Pada masa awal Orde Baru pembangunan
ekonomi di Indonesia maju pesat mulai dari pendapatan perkapita, pertanian,
pembangunan infrastruktur dll. Upaya pembangunanekonomi dilaksanakan melalui
REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun) yangdimulai pada tanggal 1 April
1969. Namun pada akhir tahun 1997 Indonesia dilandakrisis ekonomi. Kondisi kian
terpuruk ditambah dengan KKN yang merajalela.
Dalam bidang social budaya pada masa orde
baru telah mengalami kemajuan. Antara
lainmakin meningkatnya pelayanan kesehatan
bagi masyarakat dan fasilitas pendidikan dasar sudah makin merata dengan adanya
program wajib belajar 9 tahun. Ditetapkan tentang P-4 yaitu Pedoman Penghayatan
dan Pengamalan Pancasila (Eka Parasetia Pancakarsa)untuk menuju masyarakat yang
adil dan makmur.
3.2 Saran
Masyarakat Indonesia seharusnya menerima keberadaan kapitalisme
global secara sadar, kritis, dan cerdas. Dan memilih konsep atau model
sosio-ekonomi-politik yang tentunya dengan memperhitungkan keberadaan sumber
daya alam dan manusia, keadaan geografi, demografi, kultur, system nilai,
kondisi social dan infrastruktur yang ada.
Daftar Pustaka
As’ad
Djamhari, Saleh. 1979. Ikhtisar Sejarah Perjuangan ABRI (1945
Sekarang).Cet. Ke-2. Jakarta: Pusat Sejarah ABRI
Notosusanto,
Nugraha. 2008. Sejarah Nasional Indonesia 6, Jakarta : Balai
Pustaka.
M.C Rickleft, 2005. Sejarah Indonesia Modern
1200-2400. Jakarta : Serambi Ilmu Semesta.
Rina,
2008. Dinamika Kehidupan Poltik, Ekonomi, Sosial masa Orde Baru .
[serial on line].
http://rinahistory.blog.friendster.com/2008/11/indonesia-masa-orde-baru/. [13
februari 2013]
0 komentar:
Posting Komentar